A. Sayang, Hormat, dan Patuh kepada Orang Tua
1. Makna Orang Tua bagi Anak Orang tua memiliki kedudukan tinggi dalam
Islam.
Setiap anak
memiliki kewajiban untuk berbuat baik terhadap kedua orang tuanya. Kasih sayang
yang tulus yang diberikan orang tua tidak akan mampu dibayar dengan uang oleh
seorang anak. Oleh karena itu, kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan orang
tua harus dibalas dengan kebaikan, kasih sayang, dan pengorbanan yang serupa,
meski tidak sebanding. Islam mengenal dua macam orang tua yang harus dihormati,
yakni orang tua biologis yang telah melahirkan kita dan orang tua rohani yang
telah mengantarkan kita mengenal Allah Swt.
2. Kewajiban Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Berbakti dan
berbuat baik kepada orang tua, mengasihi, menyayangi, menghormati, mendoakan,
taat, dan patuh terhadap apa yang mereka perintahkan, termasuk melakukan
hal-hal yang mereka sukai adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap
anak kepada orang tuanya. Perilaku tersebut di dalam istilah agama Islam
dinamakan birrul walidain.
Birrul
walidain adalah hak kedua orang tua yang harus dilaksanakan oleh setiap anak,
sepanjang keduanya tidak memerintahkan atau menganjurkan kemaksiatan atau kemusyrikan. Bahkan, seorang
anak tetap harus berbakti meskipun orang tuanya kafir atau musyrik. Hal ini
ditegaskan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surah Luqmān/31:15 yang
artinya, “Jika keduanya (ibu bapakmu) memaksamu supaya engkau musyrik,
menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak ketahui, maka janganlah
engkau mengikuti keduanya, dan bergaullah dengan keduanya di dunia dengan
baik.”
Islam mengatur
hubungan antara anak terhadap kedua orang tuanya dan tata cara pergaulannya.
Keduanya memiliki hak dan kewajiban yang saling berkaitan. Seorang anak tidak
diperkenankan mengucapkan kata-kata yang kurang berkenan terhadap kedua orang
tua, apalagi hingga membuat mereka sakit hati. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S.
al- Isrā/17:23)
Ayat ke-23
surah al-Isrā di atas, menjelaskan bahwa setiap anak mesti memberikan perhatian
kepada orang tuanya. Sopan santun, baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan
nilai-nilai yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuanya. Bahkan,
ucapan “ah”, “ih”, “hus” yang bernada penolakan atau pembangkangan terhadap
perintahnya adalah dilarang, apalagi sampai memukul atau perbuatan kasar
lainnya yang menyakiti mereka. Dalam ayat yang lain Allah Swt. berfirman
Artinya: “Dan
Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya.
Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.”
Jadi, jelaslah
bahwa perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan perintah
langsung dari Allah Swt. yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang
beriman. Kepatuhan kepada kedua orang tua merupakan bukti kepatuhan kepada
Allah, dan kedurhakaan kepada keduanya merupakan kedurhakaan kepada Allah Swt.
B. Hormat dan Patuh kepada Guru
1. Makna Seorang Guru
Guru adalah
orang yang memberikan pengetahuan sekaligus pendidikan akhlak terhadap
murid-muridnya. Ia mengajari cara membaca, berhitung, berpikir, dan sebagainya.
Guru juga mengajarkan nilai-nilai moral dan nilai- nilai akhlak yang tinggi
kepada murid-muridnya. Ia tidak hanya memberikan pengetahuan saat di sekolah,
tetapi juga memberikan bimbingan saat dibutuhkan di luar sekolah.
Setiap guru
pasti akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang mungkin tidak didapatkan seorang
anak dari orang tuannya di rumah. Tanpa pendidikan dan bimbingannya, bisa jadi
kita tidak akan mengetahui segala yang nyata maupun yang tersembunyi di alam
raya ini. Tanpa bimbingannya pula, bisa jadi kita tidak dapat membedakan mana
yang benar maupun yang salah, mana yang dibolehkan dan mana yang dilarang. Jasa
seorang guru dalam mendidik dan mencerdaskan murid-muridnya tidaklah dapat
diukur dengan materi. Berkat jasa gurulah, kita menjadi terpelajar.
Dalam ajaran
Islam, guru atau ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dibandingkan
dengan orang lainnya. Ia merupakan pewaris para nabi dalam menyampaikan
kebaikan kepada orang lain. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “...Di
antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh,
Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Q.S. Fāthir/35:28)
Artikel Oleh : Hani Khairunnisa
Sumber : Buku Paket Pendidikan Agama Kelas X
0 komentar:
Posting Komentar